“Apabila salah seorang diantara kalian hendak melakukan sesuatu (yang membingungkan), maka lakukanlah shalat (sunnah) dua roka’at....” Begitu kata Rasulullah SAW dalam haditsnya yang ditulis oleh Imam Bukhori dalam kitabnya Sohih Bukhori No.1162.
Setidaknya, itulah yang kulakukan sejak bulan september 2019. Kebimbangan dan ketakutan akan penyesalan selalu menghantui pikiran. Sialnya, baik resign atau tetap di Al Muttaqin, keduanya berpotensi melahirkan penyesalan yang berbeda.
Jika aku resign, aku takut akan menyesal karena keluar dari Al Muttaqin. Tapi jika aku tetap disana, aku lebih takut di masa depan nanti, saat umurku tidak lagi muda, aku lebih menyesal karena hidupku terlalu flat. Terlalu datar. Tidak berubah, tidak berkembang dan tidak ada kemajuan. Semua itu disebabkan karena aku tidak mau meninggalkan zona nyaman.
“Aku lebih takut menyesal daripada gagal.”
Sapi Perah dan Rumput Basah
Mudah-mudahan ini bukan termasuk sombong, lebih kepada tahadduts bin nikmah. Menceritakan kenikmatan Allah kepadaku. Dan aku memohon kepada Allah untuk mengampuniku jika seandainya ada sedikit saja kesombongan dariku dalam penulisan artikel ini.
Selain visi dan misi hidup yang ingin kukejar, aku melihat diriku. Apakah aku layak? Apakah aku bisa? Aku bukan orang bodoh yang melakukan sesuatu tanpa perhitungan. Semua sudah kupikirkan matang-matang. Aku juga bukan orang teledor yang ceroboh mengambil keputusan, semua sudah kupertimbangkan. Maka dalam kasus resign ini, aku benar-benar melakukan perhitungan yang teliti, mengukur kemampuanku dengan jeli.
Meski aku tidak terlalu peduli dengan uang, tapi di akhir aku menjadi guru disana, aku merasa seperti sapi perah. Sapi yang diambil susunya dan hanya dibalas dengan rumput. Kemampuanku mendesain, menulis, manajemen, dan pintar dalam menterjemahkan permintaan orang ke dalam karya nyata, sering kali dimanfaatkan oleh orang. And sometimes, it’s make me crazy!!
Aku harus bekerja lebih keras, berpikir lebih cerdas dan benar-benar memeras otak untuk menyelesaikan tugas. Dan ketika tugas itu tuntas, apa yang terjadi? Yahh... aku hanya diberi rumput, sama seperti sapi.
Apakah itu menjadi masalah bagiku?
Tentu tidak... jika iya, sudah lama sekali karya-karyaku punah di Al Muttaqin. Sekali lagi, aku tidak terlalu peduli dengan uang. Berapapun yang kuterima, aku akan mensyukurinya. Tidak masalah berapapun nominalnya.--Meski aku merasa seperti sapi perah.
Tapi itu menyadarkanku akan sesuatu.
Bahwa aku punya potensi yang besar untuk maju dan berkembang. Potensi dalam diri yang seharusnya kukembakan dan kuberikan demi kemajuan diri sendiri, bukan kemajuan orang lain. Orang lain tidak boleh mengaturku untuk membangun masa depannya. Karena aku lebih berhak untuk mengatur masa depanku sendiri.
Potensi Terbaik
Aku benar-benar bersyukur kepada Allah SWT atas segala takdir baik dan titipan berupa kemampuan yang Dia berikan kepadaku.
Allah memberiku pengalaman buruk tentang kenakalan remaja sehingga aku bisa lebih menghargai orang-orang nakal sepertiku dulu. Allah lantas memasukanku ke pesantren tahfidzul qur’an. Mendekatkanku dengan Al Qur’an.
Selanjutnya, disana aku diangkat menjadi ketua organisasi (OSIS kalau di kita). Itu artinya, Allah memberiku kemampuan dan pembelajaran tentang kepemimpinan. Jangan tanya soal Ilmu Teknologi. Desain foto, editing video, SEO dan kemampuan di bidang komputer lainnya yang aku kuasai—ya walaupun bukan ahli, tapi setidaknya aku bisa melakukannya.
Bagaimana dengan akademik?
Yaa walaupun aku sering berkata bahwa sekolah tidaklah penting, tapi di pesantrenku dulu, aku peringkat 2 di kelas. Bagiku itu biasa saja, tapi bagi anda yang membaca, setidaknya itu lebih dari cukup untuk mengatakan bahwa “gue juga gak bodo-bodo amat.”
Di bidang bahasa, meski sekali lagi aku tidak bisa disebut sebagai ahli, tapi setidaknya aku bisa berbahasa arab dan inggris. Aktif maupun pasif. Aku bisa melakukannya.
Jika aku ingin mendata potensi yang harus kukembangkan, maka inilah potensiku:
1. Leadership
2. Ilmu teknologi
- Desain grafis
- Photografy
- Editing video
- Microsoft office
- Web design
3. Jiwa bisnis
4. Penulis
5. Jiwa petualang
6. Kemampuan berbahasa
- Inggris untuk ilmu dunia
- Arab untuk ilmu agama
7. Public Speaking
See? Itu beberapa kelebihan yang kupunya. Sekali lagi, bukan maksud sombong, tapi itulah yang ada di kepalaku. Aku mempunyai banyak potensi yang harus kukembangkan. Dan semua potensi itu tidak akan berkembang jika aku terus berada di Al Muttaqin.
Dan kau tahu, potensi terbesarku yang Allah berikan?
Allah memberiku kemampuan untuk mampu mempelajari apapun. Ketika aku tidak tahu, aku akan mencari dan mempelajarinya. Itulah potensi terbesarku.
Dan semua potensi itulah yang mendorongku untuk pergi.
Petunjuk Istikhoroh
Salah besar jika kamu hanya membatasi bahwa petunjuk dari sholat istikhoroh hanyalah dari mimpi. Ada banyak sekali cara Allah untuk memberikan isyarat, pilihan mana yang harus kita ambil setelah melakukan sholat.
Yang kurasakan, petunjuk tersebut adalah berupa ketenangan. Ketenangan pada saat aku memutuskan untuk pergi. Ketetangan dalam diri, bukan kesedihan dalam hati. Ketenangan saat di hari-hari selanjutnya, meski dipenuhi dengan tangisan, meski diwarnai dengan seruan-seruan tertahan, ucapan-ucapan yang memberatkan dari mereka yang memintaku untuk tetap bertahan, tapi aku masih tetap tenang dengan pilihan. Tidak ada keraguan. Tidak ada penyesalan. Meski yaa, selalu dibaluti kesedihan.
Tapi bagiku, itulah petunjuk terbesar dari jawaban istikhorohku. Ketenangan.
Maka biarlah semua ini terjadi. Tidak boleh ada sesuatu yang disesali. Aku pergi, bukan karena aku benci. Tapi aku pergi, karena aku ingin menjemput mimpi.
Pelajaran Hidup
Ini adalah pelajaran hidup dari pengalamanku. Semoga kamu bisa mengambil sedikit/banyak manfaat dari apa yang aku pelajari dari hidupku.
- Istikhorohlah jika kamu bimbang dengan sesuatu. Apapun itu! Kamu tidak akan pernah tahu bagaimana cara Allah menunjukimu jalan mana yang terbaik untukmu.
- Kenali diri sendiri adalah cara terbaik untuk membawanya pergi. I mean, ketika kamu mengenal seperti apa dirimu, maka kamu akan tahu harus kemana kamu membawa dirimu.
- Never stop learning. About everything! Ini bukan kelebihan saya. Saya hanya meniru kebiasaan orang-orang sukses di luar sana. Bukankah mencari ilmu tidak dibatasi oleh waktu?
- Terakhir adalah petunjuk istikhoroh. Dia tidak selalu berbentuk mimpi. Kecenderungan kamuterhadap sebuah pilihan juga merupakan sebuah petunjuk. Jadi Allah membantumu, dengan cara menggerakan hati kamu. Sisanya adalah pilihanmu.
Jika kamu berkenan melanjutkan, akan kujelaskan cara kerja istikhoroh. Ini hanya pendapat pribadi, tidak selamanya benar, tapi inilah yang kupelajari dari universitas kehidupan :
- Shalatlah, lalu jalani hari kamu seperti biasa.
- Allah akan membantu kamu dengan memberikan sesuatu ke hati kamu.
- Disini pointnya. Jika itu adalah pilihan, pilihlah salah satu! Contoh mau kuliah di Univ A atau B? pilih saja salah satunya.
- Jika itu adalah kebimbangan, misal: saya bisnis atau jangan ya? Maka jalani saja dulu dengan penuh keyakinan. Mulai bisnis kamu! Lalu biarkan shalat istikhoroh kamu memberikan hasilnya
- Jika memang itu pilihan yang benar dan baik menurut Allah, atau itu adalah jalan yang benar dan baik menurut Allah, maka Allah akan memantapkan hatimu di jalan tersebut. Dipilihan yang kamu buat.
- Sebaliknya, jika itu bukan pilihan yang baik dan benar menurut Allah, akan ada sesuatu di hati kamu yang akan menyuruh kamu untuk meninggalkannya dan menyuruh untuk memilih yang lain.
Kesimpulannya, shalat istikhoroh adalah anjuran Nabi untuk mendatangkan pertolongan Allah terhadap pilihan mana yang harus kita pilih. Tidak ada pola yang baku tentang bagaimana Allah menolongmu. Tapi ada satu yang pasti yaitu: Allah pasti menolong kamu.
Bagaimana caranya? Dengan cara Allah yang kamu tidak akan pernah mengerti cara kerjanya.
Comments
Post a Comment