Hal terberat dari semua kegilaan ini adalah saat aku harus meninggalkan orang yang selalu membuatku bertahan, membuatku belajar, dan selalu membuat perasaanku bercampur aduk. Di satu tempat aku tertawa bersama, untuk kemudian di tempat lain, aku jengkel tidak ketara.
Orang yang kusayangi. Alay memang, tapi aku tidak bisa menemukan kata lain untuk mendeskripsikan perasaanku terhadap mereka. Murid-muridku sendiri.
Tapi suka atau tidak, siap atau tidak siap, aku pasti meninggalkan mereka. Meskipun dengan berat. Dalam waktu yang cepat atau lambat. Aku pasti pergi.
Tapi aku punya prinsip. Datang dengan baik, maka pergipun harus dengan cara yang baik.
Motivasi Tersembunyi
Tidak ada yang aneh dengan cara seseorang berpamitan. Semuanya sama. Pasti begitu. Ada kata maaf dan terimakasih. Kamu juga sudah bisa menebaknya, bukan? Jadi tidak perlulah aku menambah ke alayan-ku dengan menceritakan hal itu.
Aku akan menceritakan sesuatu yang lebih besar. Tentang kekuatan, nasehat, pengingat, dan motivasi yang semuanya itu berasal dari hati.
Maka izinkan aku menunjukannya padamu di artikel ini. Bahwa mereka adalah salah satu motivator dan penasehat terbaik untuk perjalanan hidupku.
Seruan-seruan tertahan
“Ustadz jangan pergi....”
Deg.
Aku tersenyum. Padahal sungguh dalam hati aku remuk.
Sesak. Entah kamu akan mengerti atau tidak arti kata sesak yang kumaksud. Saat setiap helaan napas menjadi serat, setiap langkah menjadi berat, dan entahlah... tubuhku bahkan seperti tak kuat untuk menopang bobot tubuh sendiri.
Aku menghela napas berat. Mencoba untuk terlihat setenang mungkin. “Atuh da gimana lagi....” Hanya itu yang bisa kukatakan sebagai jawaban.
Hening sejenak.
“Ustadz atuuhh...” rengeknya lagi. Membuat suasana hatiku semakin tak karuan.
Selintas aku bahkan sempat ragu dengan keputusanku, apa aku benar harus pergi? Tapi buru-buru pikiran bodoh itu kutepis jauh-jauh. Kembali mengingat alasan dan tujuanku untuk pergi.
Bagi kalian yang mengenalku, apalagi pernah belajar bersamaku di kelas, mungkin kalian tahu betapa cerewet dan lancarnya aku saat berbicara di depan kelas. Tapi percayalah, saat kamu berseru seperti itu di depanku, mendadak aku seperti seorang kutu-buku di atas panggung. Gugup tak bisa berkata-kata.
Air Mata Syurga
Mahal sekali sesuatu yang disebut air mata itu. Prinsipku, dia tidak boleh keluar untuk hal-hal remeh. Apapun yang terjadi, sesakit apapun kejadian yang kualami, tidak boleh ada air mata karena urusan duniawi.
Maka begitupun aku memandanng orang-orang. Tidak boleh ada orang yang menangis karenaku. Emang aku ini apa? Aku ini siapa? Aku sungguh tahu diri, bahwa aku tidaklah cocok untuk ditangisi. Baiklah... bagiku, apapun yang terjadi, tidak boleh ada air mata yang jatuh karenaku.
Tapi mungkin ini tidak berlaku pada kalian.
Dan sungguh, jika ada sesuatu yang bisa kulakukan supaya air mata itu tidak jatuh, aku pasti akan melakukannya. Sekali lagi, dia terlalu berharga! Kalian tidak boleh menjatuhkannya sembarangan. Untuk apapun dan untuk siapapun!
Tapi lihatlah... saat kata demi kata keluar dari mulutku. Saat aku hampir menyelesaikan kalimat terakhir dari acara pamitanku, butiran hangat meleleh membasahi pipi dari salah satu dari mereka. Beberapa malah!
Tapi sudahlah...
Aku tau apa yang mereka rasakan. Dan bagiku, sungguh aku akan berusaha untuk membayar air mata yang sudah mereka jatuhkan untukku.
Hadiah dan kenang-kenangan
Apa aku baperan? Aku tidak tahu. Mungkin kamu yang bisa menilainya sendiri. Tapi aku pasti akan berusaha untuk membalas sebuah kebaikan dengan kebaikan lagi. Mungkin tidak sekarang. Tapi aku akan selalu mengingat kebaikan seseorang kepadaku.
Bukan hadiah dan barangnya yang kuperhatikan. Tapi ketulusan dan kepedulian yang membuatnya patut untuk direnungkan. Tidak banyak orang seperti ini di dunia. Jika kepada orang sepertiku saja mereka bisa sebaik ini? Apalagi untuk dunia? Mereka pasti bisa jauh lebih baik.
Mereka adalah aset dunia. Orang-orang yang akan memperbaiki bobroknya moralitas dan mentalitas dunia. Aku senang. Sangat senang malah! Ada sekumpulan orang dengan kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Maka aku pastikan, bahwa aku harus berusaha berguna bagi mereka supaya kepeduliannya bisa tersebar kemana-mana.
Kesimpulan
Allah memang menciptakan manusia dengan karakteristik berbeda-beda. Tapi setiap manusia bisa melakukan semua kebaikan yang sama.
Tapi sayang, hanya manusia-manusia tertentu yang bisa melakukannya. Dan itu jarang! Sekalinya ada, mereka tidak bisa melakukannya karena berbagai faktor dan alasan.
Maka biarlah, aku yang akan menjadi fasilitator mereka untuk terus berbuat baik kepada dunia.
See? Bahwa kalian sungguh motivator dan penasehat hebat bagi hidupku!
Pelajaran Hidup
- Aku belajar, bahwa ketulusan dan perhatian seseorang terhadap kita bisa menjadi kekuatan yang luar biasa.
- Aku belajar, bahwa sekelam apapun dunia, masih ada orang-orang baik di luar sana.
- Aku belajar untuk bekerja lebih keras, berfikir lebih cerdas, demi kehidupan banyak orang. Bukan hanya demi hidupku sendiri.
Comments
Post a Comment